![]() |
|||
![]() |
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Yang
diampu oleh Dr. Teguh, M.Ag
![]() |
DISUSUN
OLEH:
Evy
Ramadina (3214113005)
Linda
Pebriani (3214113012)
Siti
Nurjanah (3214113027)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) TULUNGAGUNG
JURUSAN
TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
APRIL 2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Akhlak Tasawuf dengan tema Akhlak Terhadap Diri Sendiri ini dengan
tepat waktu.
Dalam
makalah ini, kami mengkaji atau mengulas beberapa hal yaitu tentang pengertian
akhlak terhadap diri sendiri, macam-macam akhlak terhadap diri sendiri, serta
akhlak terpuji terhadap diri sendiri.
Ucapan
terima kasih
kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian
makalah ini:
- Dr. Teguh, M.Ag yang telah memberikan arahan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.
- Orang tua kami yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
- Serta teman-teman kami dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam pembuatan makalah ini.
Kami
selaku penulis menyadari bahwa masih perlu adanya penyempurnaan dalam makalah
ini, untuk itu kami mengharapkan saran,
kritik, dan masukan yang bersifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah Akhlak
Tasawuf dengan tema Akhlak Terhadap Diri Sendiri ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca serta khususnya bagi penulis sebagai penerapan dalam kehidupan
sehari-hari serta penambah wawasan dan pengetahuan.
Tulungagung, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 3
A. Pengertian Akhlak Terhadap Diri Sendiri................................................................... 3
B. Macam-Macam Akhlak Terhadap Diri Sendiri........................................................... 5
C. Bentuk-Bentuk Akhlak Terpuji Terhadap Diri Sendiri.............................................. 7
D. Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri....................................................................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 10
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhlak
terhadap diri sendiri pada dasarnya mutlak diperlukan oleh semua manusia utamanya
bagi seluruh umat muslim. Seorang
muslim adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Siapapun dia, seorang muslim tentu
akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat terhadap dirinya
sendiri. Oleh karena itulah, Islam memandang bahwa setiap muslim harus
menunaikan etika dan akhlak yang baik terhadap dirinya sendiri, sebelum ia
berakhlak yang baik terhadap orang lain. Dan ternyata hal ini sering dilalaikan
oleh kebanyakan kaum muslimin.
Secara
garis besar, akhlak seorang muslim terhadap dirinya dibagi menjadi tiga bagian
yaitu: terhadap fisiknya, terhadap akalnya, dan terhadap hatinya. Karena memang
setiap insan memiliki tiga komponen tersebut dan kita dituntut untuk memberikan
hak kita terhadap diri kita sendiri dalam ketiga unsur yang terdapat dalam
dirinya tersebut. Namun, tanpa disadari seseorang telah berakhlak tidak baik
pada dirinya sendiri. Misalnya saja merokok, seorang perokok bisa dikatakan
berakhlak tidak baik pada dirinya sendiri. Karena dengan merokok, lama kelamaan
akan menyebabkan paru-paru menjadi rusak dan hal itu sama artinya dengan kita
tidak menjaga tubuh kita dengan baik atau berakhlak tidak baik pada diri
sendiri. Ada satu hal yang kerap kali dilakukan oleh seseorang yang menurut
pelakunya adalah hal biasa namun hal tersebut juga termasuk akhlak tidak baik
pada diri sendiri yaitu begadang. Orang yang tidur terlalu larut malam sehingga
hal itu dapat menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.
Jadi,
sebagai manusia atau sebagai seorang muslim yang baik hendaklah kita selalu
berakhlak baik dalam hal apapun. Karena sesungguhnya, Allah SWT menciptakan
manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam
pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya
untuk menjaga, memelihara, dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan
dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membenci manusia yang melakukan tindakan
merusak yang ada. Karena Allah SWT membenci tindakan yang merusak maka orang
yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, menyadari bahwa jika melakukan perbuatan
terlarang akan berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia dan terlebih-lebih
lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya. Untuk itulah materi
akhlak terhadap diri sendiri ini sangatlah penting untuk dipahami, dipelajari
dan diteladani.
B. Rumusan Masalah
Makalah Akhlak Tasawuf dengan Tema
Akhlak terhadap diri sendiri ini kami susun dengan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa
pengertian akhlak terhadap diri sendiri?
2. Apa saja macam-macam akhlak terhadap diri sendiri itu?
3. Apa saja bentuk-bentuk akhlak terpuji terhadap diri sendiri itu?
2. Apa saja macam-macam akhlak terhadap diri sendiri itu?
3. Apa saja bentuk-bentuk akhlak terpuji terhadap diri sendiri itu?
4. Apa saja
manfaat akhlak terhadap diri sendiri?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1.
Agar pembaca dapat memahami tentang arti dan pentingnya akhlak terhadap diri
sendiri.
2.
Agar kita sebagai umat muslim senantiasa berakhlak baik dalam hal apapun karena
Allah SWT menciptakan kita pada dasarnya untuk menjadi kholifah di bumi.
3.
Agar pembaca senantiasa ingat kepada Allah SWT dan berakhlak baik terhadap diri
sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai penambah
wawasan tentang apa itu akhlak terhadap diri sendiri serta pentingnya akhlak
tehadap diri sendiri bagi kehidupan.
2. Sebagai pemacu dalam
melaksanakan akhlak baik terhadap diri sendiri, yang sering kali dilupakan
bahwa hal itu merupakan hal yang penting.
3. Sebagai referensi, sehingga baik penulis maupun
pembaca dapat lebih menghargai diri sendiri dalam menjalani kehidupan di dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri
adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau
ruhani. Manusia dapat diperbaiki akhlaknya dengan menghilangkan akhlak-akhlak
tercela. Di sinilah terletak tujuan pokok agama, yakni mengajarkan dan
menawarkan sejumlah nilai moral atau akhlak mulia agar mereka menjadi baik dan
bahagia dengan melatih diri untuk melakukan hal yang terbaik.[1]
Iman tidak akan sempurna kecuali dengan menghiasi diri dengan Akhlak.[2]
Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita dan
jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau
bahkan membahayakan jiwa. Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik
atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita
menderita. Seperti; terlalu banyak begadang, sehingga daya tahan tubuh
berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi
obat terlarang, dan minuman keras yang dapat membahayakan jantung dan otak
kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau berakhlak baik terhadap tubuh
kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat
psikis. Misalkan iri, dengki, munafik, dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat
membahayakan jiwa kita. Semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita
hindari. Hati yang berpenyakit seperti iri, dengki, munafik, dan lain
sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya
menjadi tempat kebenaran dan iman tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat
kejahatan dan kekufuran.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita
dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati
kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat
keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit
hati adalah iri, dengki, dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati
tersebut.
1. Macam penyakit hati yaitu:
a.
Dengki, Orang pendengki
adalah orang yang paling rugi. Ia tidak
mendapatkan apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang
dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah
bersabda: "Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"hati-hatilah pada kedengkian karena kedengkian menghapuskan kebajikan,
seperti api yang melahap minyak." (H.R. Abu Dawud)
b.
Munafik, Orang munafik adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa
yang mereka ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun
tanda-tanda orang munafik ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu:
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال :قال رسول الله صلعم "ايت المنافقين
ثلاث, إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا اؤتمن خان
Dari Abu hurairah r.a. Rasulullah berkata: "
tanda-tanda orang munafik ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika
berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat." (H.R.
Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa'i)
2.
Adapun cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain :
a. Sabar,
yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan
terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
b. Syukur,
yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan
syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat
Allah sesuai dengan aturan-Nya.
c. Tawaduk,
yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,
muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan
dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan
orang lain.
d. Shidiq,
artinya benar atau jujur. Seorang muslim dituntut selalu berada dalam keadaan
benar lahir batin, yaitu benar hati, benar perkataan, dan benar perbuatan.
e. Amanah,
artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman. Semakin
menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya.
Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rasulullah SAW
bersabda bahwa “ tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah dan tidak
(sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji.” ( HR. Ahmad )
f. Istiqamah, yaitu sikap teguh dalam
mempertahankan keimanan dan keislaman meskipun menghadapi berbagai macam
tantangan dan godaan. Perintah supaya beristiqamah dinyatakan dalam Al-Quran
pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang artinya “ Katakanlah bahwasanya aku hanyalah
seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah
Tuhan Yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya.”
Shalat juga merupakan mekanisme untuk membersihkan hati dan mensucikan diri
dari kotoran-kotoran dosa dan kecenderungan melakukan perbuatan dosa.[3]
g. Iffah,
yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan
diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. Nilai
dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan tidak
pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya.
h. Pemaaf,
yaitu sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada rasa
benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita untuk dapat
memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang
bersalah.
B. Macam-Macam Akhlak Terhadap Diri Sendiri
1.
Berakhlak terhadap jasmani
a. Menjaga
kebersihan dirinya
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia
menekankan kebersihan secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga badan. Rasulullah
memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik, dan
rapi terutamanya pada hari Jumat, memakai wewangian.
b. Menjaga
makan minumnya
Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau
melampaui dilarang dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk
makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk bernafas.
c. Tidak
mengabaikan latihan jasmaninya
Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam
penjagaan kesehatan, walau bagaimanapun ia dilakukan menurut etika yang
ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga,
masyarakat dan sebagainya. Dalam arti ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang
sesuai kemampuan diri, adat bermasyarakat dan lainnya.
d. Rupa
diri
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang
baik. Islam tidak pernah mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping,
kusut, dan lainnya. Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan
yang baik. Seseorang yang menjadikan rupa diri sebagai alasan tindakannya
sebagai zuhud dan tawaduk, ini tidak dapat diterima karena Rasulullah yang
bersifat zuhud dan tawaduk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya
menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampaui batas dan takabur.
2.
Berakhlak terhadap akalnya
a. Memenuhi
akalnya dengan ilmu
Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak
dengan mengambil sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh
supaya membangun potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu cara
memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu. Ilmu fardh‘ain yang menjadi
asas bagi diri seseorang muslim hendaklah diutamakan karena ilmu ini mampu
dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur. Nabi Muhammad
menempati kedudukan sebagai manusia sempurna. Allah menciptakan microcosmos, manusia sempurna, dan insan
kamil dengan perantaraan kesadaran keilahian-Nya diungkap pada diri sendiri.[4]
Untuk itulah manusia harus berusaha untuk bisa menjadi insan kamil.
b. Penguasaan
ilmu
Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi
pemandu ilmu supaya manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur
akan nikmat) dan kealfaan umat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini. Perkara
utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya,
tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat,
ulama, dan juga sejarah Islam, hukum-hukum ibadah serta muamalah. Sementara itu
umat islam hendaklah membuka tingkat pikirannya kepada segala bentuk ilmu,
termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat.
Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan
Syiria. Diantara sahabat Rasululllah, Abdullah bin Zubair merupakan sahabat
yang memahami dan menguasai bahasa asing. Beliau mempunyai seratus orang khadam
yang masing-masing bertutur kata berlainan dan apabila berhubungan dengan
mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.
3.
Berakhlak terhadap jiwa
Manusia pada umumnya tahu benar bahwa jasad perlu
disucikan selalu, begitu juga dengan jiwa. Pembinaan akhlak secara efektif
dengan memperhatikan faktor kejiwaan, menurut ahli penelitian para psikolog
bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. Untuk itu
perlu adanya suatu cara dalam membersihkan jiwa manusia. Pembersihan jiwa beda
dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara membersihkan jiwa dari kotorannya,
diantaranya:[5]
a.
Bertaubat
b.
Bermuraqabah
c.
Bermuhasabah
d.
Bermujahadah
e.
Memperbanyak ibadah
f.
Menghadiri lembaga-lembaga ilmu
C. Bentuk-Bentuk Akhlak Terpuji Terhadap Diri Sendiri
1.
Berilmu
a.
Nilai positif berilmu bagi diri sendiri:
1) Memperoleh
kepuasan batin
2) Dapat
mencapai taraf hidup yang lebih baik
3) Dapat
melaksanakan ajaran agama secara benar
4) Dapat
menambah keimanan kepada Allah SWT
5) Memperoleh
pahala di sisi Allah SWT
6) Terangkat
derajatnya
b. Nilai
positif berilmu bagi orang lain:
1) Memberi
jalan terang dalam memberi petunjuk, pengarahan, dan saran
2) Tempat
orang bertanya dalam mengatasi masalah
3) Dapat
membantu orang lain dalam menyelesaikan persoalannya
c. Membiasakan
bersikap berilmu:
1) Memiliki
semangat untuk menguasai ilmu tentang hal-hal yang belum diketahui
2) Rajin
mendatangi lembaga-lembaga ilmu untuk memperoleh tambahan ilmu
3) Rajin
mendatangi pengajian untuk memperoleh ilmu keagamaan
4) Cukup
ringan mengeluarkan biaya demi tercapainya suatu ilmu
5) Gemar
bergaul dengan orang yang berilmu untuk mendapatkan tambahan ilmu
2. Kerja keras
a. Nilai positif kerja keras:
1) Terpuji
dalam pandangan Allah SWT
2) Terpuji
dalam pandangan sesama manusia
3) Dapat
diharapkan mencapai hasil yang maksimal sehingga lebih semangat
4) Tercukupinya
kebutuhan hidup karena Allah memberikan rahmat untuk hambanya yang mau berusaha
5) Memperoleh
kepercayaan dari sesama manusia
b. Membiasakan
bersikap kerja keras:
1) Selalu
menyadari bahwa hasil dari jerih payahnya sendiri lebih terpuji dan mulia
daripada menerima pemberian orang lain
2) Islam memuji sikap kerja keras dan mencela
meminta-minta
3) Memiliki
semboyan tidak suka mempersulit orang lain
4) Menyadari
sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia daripada meminta
3. Kreatif, produktif, inovatif
a. Nilai
positif kreatif, produktif, inovatif:
1) Dapat
mengikuti perkembangan zaman
2) Memperoleh
hasil yang cukup banyak dari karyanya
3) Tercukupi
kebutuhan hidupnya
4) Memperoleh
kepuasan batin
5) Bertambah
banyaknya hubungan persaudaraan
b. Membiasakan
bersikap kreatif, produktif, inovatif:
1) Berusaha
untuk menciptakan lapangan kerja baru
2) Berusaha
mengembangkan kemampuan yang dimiliki
3) Mengutamakan
kualitas produk dengan harga yang
terjangkau di pasaran
4) Memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
5) Selalu
mengadakan evaluasi hasil usahanya
6) Memiliki
tekad bahwa besok harus lebih baik dari hari ini
D. Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri
1. Berakhlak terhadap jasmani:
a. Jauh
dari penyakit karena sering menjaga kebersihan
b. Tubuh
menjadi sehat dan selalu bugar
c. Menjadikan
badan kuat dan tidak mudah lemah
2. Berakhlak
terhadap akalnya:
a. Memperoleh
banyak ilmu
b. Dapat
mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain
c. Membantu
orang lain
d. Mendapat
pahala dari Allah SWT
3. Berakhlak terhadap jiwa:
a. Selalu
dalam lindungan Allah SWT
b. Jauh dari perbuatan yang buruk
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan tentang akhlak terhadap diri sendiri maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya
baik itu jasmani sifatnya atau ruhani.
2.
Akhlak terhadap diri sendiri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu akhlak
terhadap jasmani, akhlak terhadap akal, dan akhlak terhadap jiwa.
3.
Bentuk-bentuk akhlak terpuji terhadap diri sendiri adalah berilmu, kerja keras,
kreatif, produktif, dan inovatif.
4. Manfaat akhlak terhadap diri sendiri:
a.
Berakhlak terhadap jasmani:
1)
Jauh dari penyakit karena sering menjaga
kebersihan
2) Tubuh menjadi sehat dan selalu bugar
3)
Menjadikan badan kuat dan tidak mudah
lemah
b.
Berakhlak terhadap akalnya:
1) Memperoleh banyak ilmu
2)
Dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh
untuk orang lain
3) Membantu orang lain
4) Mendapat pahala dari Allah SWT
c.
Berakhlak terhadap jiwa:
1) Selalu dalam lindungan Allah SWT
2) Jauh dari perbuatan yang buruk
3) Selalu ingat kepada Allah SWT
1) Selalu dalam lindungan Allah SWT
2) Jauh dari perbuatan yang buruk
3) Selalu ingat kepada Allah SWT
B. Saran
1.
Dengan adanya pembahasan tentang akhlak
terhadap diri sendiri ini diharapkan pembaca dapat menentukan sikap yang baik
terhadap dirinya sehingga jasmani dan ruhaninya tetap terjaga.
2. Akan
lebih baik apabila setiap manusia senantiasa melakukan akhlak terpuji bagi
dirinya sendiri dengan demikian manusia akan bisa menjadi insan kamil.
3. Semoga
pembaca lebih berusaha untuk memahami dan menerapkan akhlak-akhlak kharimah
utamanya akhlak terhadap dirinya sendiri sehingga kehidupannya selalu disertai
dengan kebahagiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hajjaj,
Muhammad Fauqi, Tasawuf Islam dan Akhlak,
Jakarta: Amzah, 2011
Teguh,
Moral Islam dan Moral Jawa, Jember:
CSS Jember, 2008
Simuh,
Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002
Nata,
Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2006
[1]Teguh, Moral Islam dan Moral Jawa (Jember: CSS Jember, 2008), hlm. 4
[2]Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak (Jakarta:
Amzah, 2001), hlm. 239
[3]Ibid., hlm. 245
[4]Simuh, Tasawuf dan Perkembangan dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), hlm. 142
[5]Abuddin Nata, Akhlak
Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 166